Pendidikan Sejarah di Era Digital: Antara Kolaborasi Global, Inovasi, dan Identitas Kebangsaan

Jakarta, 15 Oktober 2025 — Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISH), Universitas Negeri Jakarta, sukses menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “Pendidikan Sejarah dalam Lanskap Global: Kolaborasi, Inovasi, dan Identitas Kebangsaan di Era Digital.”

Acara yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting pada Rabu sore ini menghadirkan dua narasumber nasional dan internasional yang dikenal luas dalam bidang pendidikan sejarah, yakni Prof. Dr. Agus Mulyana, M. Hum. (Universitas Pendidikan Indonesia, Ketua MSI, dan Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan) dan Sugeng Prakoso, S.S., M.T., dosen Pendidikan Sejarah FISH UNJ (kandidat doktor dari Universitas Bonn, Jerman). Kegiatan ini dipandu secara hangat oleh Lobelia Husna, M.Pd. selaku moderator.

GLOBALISASI DAN TANTANGAN PENDIDIKAN SEJARAH

Dalam sambutannya, Dr. Abrar, M. Hum., Koordinator Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, menegaskan pentingnya menguatkan kembali peran sejarah di tengah derasnya arus globalisasi dan revolusi digital. “Kita tidak hanya dituntut untuk menjadi pengajar yang mentransfer pengetahuan,” ujarnya, “tetapi juga menjadi fasilitator yang membangun cara berpikir kritis, kreatif, dan reflektif pada peserta didik.”

Menurutnya, kuliah umum ini menjadi ruang refleksi penting agar para dosen dan mahasiswa mampu memaknai pendidikan sejarah bukan sekadar hafalan masa lalu, melainkan sebagai sarana membangun identitas nasional di tengah dinamika global yang terus berubah.

INOVASI DAN KOLABORASI: PEMBELAJARAN SEJARAH DI ABAD 21

Dalam paparan utamanya, Prof. Agus Mulyana menyoroti bagaimana pembelajaran sejarah perlu bertransformasi seiring perubahan zaman. Ia menekankan pentingnya kreativitas, kolaborasi lintas budaya, dan literasi digital dalam memperkuat makna pendidikan sejarah. “Pembelajaran sejarah abad ke-21 harus berpusat pada peserta didik, kritis terhadap sumber, dan menghubungkan masa lalu dengan masa kini,” jelasnya.

Sementara itu, Sugeng Prakoso memperkenalkan pendekatan inovatif yang disebut Teaching as Subversive Intimacy (TSI)—sebuah pedagogi yang menempatkan mahasiswa sebagai subjek berpikir kritis. Menurutnya, TSI menjadikan kelas sejarah sebagaibengkel argumen era digital,” di mana mahasiswa belajar menyusun argumen berdasarkan bukti sejarah melalui model POP/POIP (Point–Observation–Position/Interpretation–Position).

Dengan TSI, mahasiswa tidak lagi menghafal identitas, tapi mengerjakannya sendiri lewat bukti, tafsir, dan argumen. Identitas menjadi hasil kerja pikir yang hidup dan bisa diuji,” tegas Sugeng.

MENJAGA IDENTITAS DI TENGAH ARUS GLOBAL

Kuliah umum ini tidak hanya menghadirkan wacana teoretik, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa inovasi pendidikan tidak boleh memisahkan sejarah dari akar kebangsaan. Para pesertamahasiswa, dosen, dan pemerhati pendidikan sejarah dari berbagai universitas di Indonesia—terlibat aktif dalam sesi diskusi.

Banyak yang menyoroti pentingnya menyeimbangkan semangat globalisasi dengan pelestarian nilai-nilai nasional, terutama di ruang digital yang rentan terhadap bias dan reduksi makna sejarah.

Acara yang berlangsung selama dua jam ini menghasilkan sejumlah gagasan penting, di antaranya:

  • Perlunya integrasi sejarah lokal dan global dalam kurikulum pendidikan.
  • Penguatan kemampuan berpikir kritis dan literasi digital bagi siswa, guru dan mahasiswa pendidikan sejarah.
  • Penerapan AI sebagai “sparring partner” dalam melatih kemampuan argumentasi sejarah yang terverifikasi dan bertanggung jawab.
HARAPAN UNTUK PENDIDIKAN SEJARAH INDONESIA

Menutup kegiatan, Dr. Abrar, M. Hum., menyampaikan harapannya agar kuliah umum ini menjadi langkah kecil menuju pembelajaran sejarah yang inovatif, reflektif, dan berkarakter kebangsaan. “Semoga kegiatan ini menginspirasi para pendidik untuk menjadikan sejarah bukan hanya cerita masa lalu, tetapi ruang dialog yang hidup antara nilai, teknologi, dan identitas bangsa.”

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, kuliah umum ini menegaskan posisi Magister Pendidikan Sejarah FISH UNJ sebagai salah satu pelopor dalam membangun pendidikan sejarah yang adaptif terhadap era digital sekaligus berakar kuat pada nilai-nilai kebangsaan.

 


Kegiatan: Kuliah Umum “Pendidikan Sejarah dalam Lanskap Global: Kolaborasi, Inovasi, dan Identitas Kebangsaan di Era Digital.”

Tanggal: Rabu, 15 Oktober 2025

Waktu: 16.00–18.00 WIB

Tempat: Zoom Meeting (online)

Narasumber:

  • Prof. Dr. Agus Mulyana, M. Hum. – Dosen UPI, Ketua MSI, Direktur Sejarah dan Permuseuman
  • Sugeng Prakoso, S.S., M.T. – Dosen Pendidikan Sejarah FISH UNJ (Kandidat Doktor, Universitas Bonn).

Moderator: Lobelia Husna, M.Pd.

Penyelenggara: Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, FISH UNJ

Share this article

© 2025 Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum – Universitas Negeri Jakarta