Seminar Sejarah UNJ: Pancasila sebagai Solusi Perdamaian Dunia dalam Perspektif Humanis dan Kebudayaan

Jakarta, 5 Juni 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, Program Studi Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia sukses menyelenggarakan Seminar Sejarah bertajuk “Pancasila: Solusi Perdamaian Dunia dalam Perspektif Humanis dan Kebudayaan”. Acara ini berlangsung di Aula Latief, Kampus UNJ, dan dihadiri oleh berbagai tokoh akademik dan mahasiswa.

Seminar ini dibuka secara resmi oleh Rektor UNJ, Prof. Komarudin, serta dihadiri oleh Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan, Prof. Agus Mulyana, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNJ, Firdaus Wajdi, para dosen, dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah.

Pancasila sebagai Modal Sosial dan Kultural

Sesi pertama seminar menghadirkan Yudi Latif, yang menyampaikan materi secara daring. Ia menekankan bahwa Pancasila merupakan fondasi kuat dalam membangun perdamaian dunia melalui pendekatan humanis dan kultural.

“Indonesia memiliki modal sosial berupa keberagaman agama, etnis, dan budaya yang telah terjalin sejak lama. Keragaman ini menjadi dasar saling percaya dan kekuatan kultural dalam mencari solusi bersama,” ujar Yudi Latif.

Ia juga menambahkan bahwa kesejahteraan tidak hanya diukur dari aspek materi, tetapi juga dari ikatan sosial dan spiritual yang terjaga melalui nilai kepedulian dan empati masyarakat Indonesia di tengah arus individualisme global.

Peran Generasi Muda dan Media Sosial

Pembicara kedua, Olivia Zalianty, menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila di era digital. Ia menekankan bahwa media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan.

“Implementasi Pancasila tidak hanya melalui penanaman moral, tetapi juga melalui kesadaran terhadap fenomena sosial yang dihadapi generasi muda saat ini,” jelas Olivia.

Ia mengajak generasi muda untuk aktif menggunakan media sosial sebagai ruang edukasi dan refleksi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Imunitas Kultural sebagai Ketahanan Bangsa

Sesi terakhir diisi oleh Ngatawi Al Zastrouw, yang membahas konsep imunitas kultural sebagai strategi menjaga ketahanan budaya nasional.

“Imunitas kultural adalah kemampuan masyarakat untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya di tengah derasnya arus globalisasi,” tegasnya.

Menurutnya, dengan memperkuat imunitas kultural, masyarakat Indonesia dapat mencegah tergerusnya nilai-nilai lokal oleh budaya asing dan menjadikan budaya nasional sebagai fondasi dalam menghadapi perubahan zaman.

Antusiasme Peserta dan Dialog Interaktif

Seminar ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Para peserta, yang didominasi oleh mahasiswa, tampak antusias mengajukan pertanyaan dan berdiskusi langsung dengan para narasumber. Jawaban-jawaban yang disampaikan membuka wawasan baru dan memperkaya pemahaman peserta mengenai relevansi Pancasila dalam konteks global saat ini.


Penulis: EL & NA
Editor: WPS
Tim FISH Media Center

Share this article

© 2025 Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum – Universitas Negeri Jakarta